PERAN METODE CERAMAH DAN
DEMONSTRASI
A. PERAN METODE
CERAMAH DAN DEMONSTRASI
Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu
dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik
untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu,
tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain.
Demikian pula suatu metode yang dianggap baik
untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang
belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
1.
Metode Ceramah
a.
Pengertian Metode
Ceramah
Metode
berasal dari bahasa Yunani Greek yakni Metha berarti melalui , dan Hadas artinya cara, jalan, alat atau
gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan
atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.[22]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik
untuk mencapai suatu maksud.[23]
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah
cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya.[24]
Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara
seni dalam mengajar.[25]
Ceramah
merupakan penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat
interaksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara". Dalam ceramahnya
kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan pertanyaan, akan tetapi kegiatan
belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok
penting, yang dikemukakan oleh guru; bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan
siswa.
Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar
siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan itu
sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model
pembelajaran baik metode
pembelajaran klasik termasuk metode ceramahmaupun metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, yang saling melengkapi satu sama lain.
Metode ceramah itu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya.
Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
1)
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan
dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
3)
Metode ceramah menurut
Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu,
Legu (Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan
mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari
buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
4)
Metode ceramah yaitu
penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan
menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan
kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses
pembelajaran di sekolah, mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat
perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode
yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal
yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang peran
penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan
akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.
5)
Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata.
Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada
siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut
terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat
pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat
pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi
kepada siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah
bervariasi, metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.
Anggapan-anggapan negatif
tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman
artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar
disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk
menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media
pembelajaran seperti gambar dan
audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari
kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan
“mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku
dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture
method atau metode ceramah.
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui
pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari
harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir
setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah
metode ceramah seharusnya.
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan
suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang
dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat
dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan,
tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng. Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
b.
Kelemahan Metode Ceramah
1)
Mudah menjadi verbalisme.
2)
Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar
menerimanya.
3)
Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4)
Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
5)
Menyebabkan siswa pasif .[26]
c.
Kelebihan Metode Ceramah
2)
Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
4)
Lebih ekonomis dalam hal waktu.
5)
Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan
pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
6)
Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
7)
Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
8)
Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
9)
Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
Dalam
lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi
salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak
sama sekali dengan alasan bahwa cara sebagai metode mengajar kurang efisien dan
bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang
mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan
dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah
walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian
singkat di tengah pelajaran.
Kalau kita
teliti lebih lanjut, sebenarnya alasan-alasan tersebut di atas tidaklah sama
sekali salah, tetapi juga tidak sama sekali benar. Hal yang sebenarnya adalah
bahwa dalam situasi-situasi tertentu, metode ceramah merupakan metode yang
paling baik, tetapi dalam situasi lain mungkin sangat tidak efisien. Guru yang
bijaksana senantiasa menyadari kondisi-kondisi yang berhubungan situasi
pengajaran yang dihadapinya, sehingga ia dapat menetapkan bilamanakah metode
ceramah sewajamya digunakan, dan bilakah sebaiknya dipakai metode lain.[28]
Suasana
belajar mengajar tidak efektif apabila pola komunikasi yang terjadi hanya satu
arah, yakni dari guru kepada siswa. Menurut pandangan modern, efektivitas
pemelajaran sangat ditentukan oleh pola komunikasi multitrafic (multitrafic
communication). Dalam pola komunikasi multitrafic ini,
komunikasi terjadi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa.
Dengan
pola komunikasi seperti ini, antara siswa dan guru maupun siswa dan siswa
lainnya terjadi pertukaran (sharing) pengetahuan dan pengalaman sehingga
proses belajar mengajar lebih bermakna.
Untuk
menciptakan pola semacam ini, guru harus memiliki beberapa keterampilan sebagai
berikut:
1)
Memiliki keterampilan bertanya yang meliputi
pertanyaan menggiring, pertanyaan untuk merangsang siswa berpikir dan
mengemukakan gagasan, pertanyaan mengarahkan, dan pertanyaan yang bersifat
mengendalikan arus komunikasi.
2)
Memiliki keterampilan memberikan reward dan
bentuk-bentuk penghargaan atas pendapat, gagasan, dan pertanyaan siswa.
3)
Terampil dalam memilih dan mempergunakan metode
dan media pembelajaran yang mendukung terjadinya pola komunikasi multitrafic.
4)
Memiliki keterampilan memilih dan menyampaikan
permasalahan yang dapat merangsang siswa mau berpikir dan melibatkan emosi
dalam pemelajaran.
5)
Memahami dan mampu menerapkan pola pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dengan segenap metode dan media yang
mendukungnya.[29]
Jadi untuk
meningkatkan keefektifan pengajaran dengan metode ceramah, maka disamping
memanfaatkan keunggulannya, juga diupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya.
d.
Model
Mengajar Menggunakan Metode Ceramah
Untuk
menjadikan ceramah itu menjadi metode yang baik, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1)
Metode ceramah digunakan jika jumlah khalayak
cukup banyak
2)
Metode ceramah dipakai jika guru akan
memperkenalkan materi pelajaran baru
3)
Metode ceramah dipakai yang khalayaknya telah
mampu menerima informasi melalui kata-kata
4)
Sebaiknya ceramah diselingi oleh penjelasan
melalui gambar dan alat-alat visual lainnya
5)
Sebelum ceramah dimulai, sebaiknya guru
berlatih dulu memberikan ceramah.[30]
Dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah metode ceramah paling populer dikalangan para
pendidik. Sebelum metode lain yang dipakai untuk mengajar, metode ceramah yang
paling dulu digunakan, hanya bagaimana menggunakan metode ceramah yang efektif
dan efisien. Oleh karena itu disarankan agar para pendidik dapat mengikuti
langkah-langkah penggunaan metode ceramah di bawah ini:[31]
1)
Melakukan pendahuluan sebelum bahan baru
diberikan dengan cara sebagai berikut:
a)
Menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik
dengan maksud agar peserta didik mengetahui arah kegiatannya dalam belajar,
bahkan tujuan itu dapat membangkitkan motivasi belajar jika bertalian dengan
kebutuhan mereka.
b)
Setelah itu baru dikemukakan pokok-pokok materi
yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik melihat luasnya bahan
pelajaran yang akan dipelajarinya.
c)
Memancing pengalaman peserta didik yang cocok
dengan materi yang akan dipelajarinya. Caranya ialah dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menarik perhatian mereka.
2)
Menyajikan bahan baru dengan memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
a)
Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir
pelajaran harus tetap terpelihara. Semangat mengajar memberi bantuan sepenuhnya
dalam memelihara perhatian peserta didik kepada pelajarannya.
b)
Menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak
berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat.
c)
Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara
variatif, jangan membiarkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan, tetapi
berilah kesempatan untuk berpikir dan berbuat. Misalnya pelatihan mengerjakan
tugas, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, atau melihat peragaan.
d)
Memberi ulangan pelajaran kepada response,
jawaban yang salah dan benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya.
e)
Membangkitkan motivasi belajar secara terus
menerus selama perjalanan berlangsung. Motivasi belajar akan selalu tumbuh jika
sesuatu belajar menyenangkan.
f)
Menggunakan media pelajaran yang variatif, yang
sesuai dengan tujuan pelajaran.
g)
Menutup pelajaran pada akhir pelajaran.
Kegiatan perlu diperhatikan pada penutupan itu adalah sebagai berikut:
1)
Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang
telah diberikan, dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru.
2)
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan terutama mengenai hubungan
dengan pelajaran lain.
3)
Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk
mengukur perubahan tingkah laku.[32]
Dalam
memberikan suatu ceramah seharusnya menggunakan gaya percakapan yang antusias,
dan ceramah juga harus disampaikan dengan suara yang cukup nyaring. Banyak guru
yang berbicara terlalu lemah, sehingga kelas gaduh. Hal ini dapat menimbulkan
frustasi pada siswa yang tidak pandai menangkap arti kata-kata yang di ucapkan
oleh guru.
Bahaya
lain yang tersembunyi yaitu kecenderungan guru-guru yang biasa menggunakan
bahasa yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu. Ini sering dilakukan untuk
menunjukan bahwa mereka cerdas, berpendidikan tinggi. Padahal sebenarnya
sebagian besar dari mereka tidak memahaminya. Seharusnya jika ingin menggunakan
kata-kata baru, terlebih dahulu seorang guru harus memberikan definisinya.
Teknik
lain yaitu menggunakan gerakan badan, karena banyak guru dalam pelaksanaan
mengajar hanya terpaku di mejanya. Mereka tidak pernah berjalan-jalan diantara
tempat duduk siswanya. Penceramah seharusnya bebas bergerak, dengan demikian,
ia dapat menarik perhatian siswa-siswanya (seperti sasaran yang bergerak),
disamping dapat juga mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh siswa-siswanya.
Selanjutnya,
begitu memulai pelajaran tataplah muka para siswa, adakanlah kontak mata,
mereka akan lebih tertarik bila melihat gurunya memberikan perhatian kepada
mereka. Selain itu perlu juga dihindarkan kebiasaan-kebiasaan bicara yang
kiranya dapat mengganggu mereka. Karena bila digunakan secara berlebihan sudah
pasti sangat merugikan.
Dalam
pendidikan agama islam metode ceramah dapat digunakan hampir pada semua bahan
atau materi, baik yang menyangkut masalah aqidah, syari’ah maupun akhlak.
Jadi
dapat disimpulkan, bahwa metode ceramah adalah metode yang sangat sederhana,
tetapi justru karena kesederhanaannya inilah metode ini paling banyak
digunakan, dan metode ceramah ini dapat menjadikan proses belajar menjadi
menyenangkan apabila digunakan secara efektif dan efisien.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode
ceramah adalah sebagai berikut:
1)
Rumuskan
standar kompetensi dan kompetensi dasar secara
khusus, mengembangkan pokok-pokok materi belajar-mengajar, dan
mengkajinya apakah hal tersebut tepat diceramahkan
2)
Apabila
akan divariasikan dengan metode lain, perlu difikirkan apa yang akan
disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan dengan metode lain.
3)
Siapkan
alat peraga atau media pelajaran secara matang, bagaimana menggunakannya
4)
Perlu
dibuat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa catatan kecil
yang akan dijadikan pegangan guru pada waktu ceramah.[33]
2. Metode Demonstrasi
a. Pengertian
Metode Demonstrasi
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah
menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
bahwa: Metode secara harfiah berarti cara Dalam pemakian yang umum, metode
diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan
kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis[34]
Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan
langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau
taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi
mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di
dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.[35]
Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara
umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti
menyampaikan mata pelajaran.
Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah
adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan
urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan[36]
Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu mempertunjuk-kan
atau mempertontonkan[37].
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan
sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau
murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses,
misalnya bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.[38]
Menurut Aminuddin Rasyad, Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan
meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di
kelas atau di luar kelas[39]
Dari uraian dan definisi di
atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru
memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu
atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan
masing-masing murid. Semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah
kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada.
Contohnya pada waktu itu Nabi, seorang pendidik yang agung, banyak menggunakan
metode demonstrasi perilaku keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek
ibadah seperti mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain. Semua cara
tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya.
b.
Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi
Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada
beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari
.perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan
diakhiri dengan adanya evaluasi. Adapun langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Merumuskan
dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh
siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
2)
Mempertimbangkan
dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia
merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3)
Alat-alat
yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah
dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.
4)
Jumlah
siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
5)
Menetapkan
garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum
demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada
waktunya.
6)
Memperhitungkan
waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada
siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah
demonstrasi.
7)
Selama
demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:
a)
Keterangan-keterangan
dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b)
Alat-alat
telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat
dengan jelas.
c)
Telah
disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.
8)
Menetapkan
rencana untuk menilai kemajuan siswa.
Sering perlu diadakan
diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan
demonstrasi.[40] Setelah
perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih
dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan
belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat
diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang
untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Langkah selanjutnya dari metode ini
adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu
proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa
disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru.
Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi,
intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu
memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya
mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang
dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan
cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan
guru. Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan
paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan
metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru
mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut. Metode demonstrasi
ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk: Memberikan keterampilan tertentu,
memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih terbatas,
menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya
suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik.[41]
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Proses Belajar
Mengajar
Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki
arti penting. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan
menggunakan metode demonstrasi, antara lain:
1) Perhatian siswa lebih dipusatkan.
2) Proses belajar siswa lebih
terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa. [42]
Kekurangan metode demonstrasi :
1)
Dalam
pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang,
sehingga memerlukan waktu yang bayak.
2)
Demonstrasi
dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat yang
mahal).
3)
Tidak
semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
4)
Metode
demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan suasana
gaduh.[43]
B.Prestasi
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Prestasi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Prestasi
yang dimaksud disini adalah prestasi belajar, Kata prestasi dan belajar terdiri
dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, sebelum mengetahui pengertian
prestasi belajar secara integral, penulis terlebih dahulu akan
menguraikan pengertian prestasi dan belajar secara terpisah.
Berikut ini akan dibahas
pengertian dari prestasi dan belajar. Prestasi
belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan
suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran
tersebut. Bagi seorang siswa belajar
merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam
pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Untuk mendapatkan suatu prestasi
tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan
dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar
siswa atau sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi belajar. Berikut ini akan dikemukakan pengertian prestasi
belajar dari pendapat para ahli pendidikan.
a.
Winkel berpendapat bahwa proses belajar yang dialami
oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan
pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi
belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam
belajar.[44]
c. Abdurrohman
Prestasi belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. [46]
Sedangkan
pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a.
Belajar menurut Mustaqim
dalam bukunya Psikologi Pendidikan dijelaskan Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. [47]
b.
Skinner,
seperti yang dikutip oleh Muhibbbin Syah dalam bukunya Psikologi pendidikan
dengan pendekatan baru menyatakan
belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. [48]
c.
James O. Wittaker, seperti yang dikutif oleh
Wasti Sumanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan Belajar ialah suatu proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[49]
Berdasarkan pengertian di
atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
telah dicapai melalui proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
terjadi dan pengalaman. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilanya dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Pendidikan Islam merupakan
pengembangan pikiran, penataan, perilaku, pengaturan emosional, hubungan
peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan
dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan
perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif (utuh)
dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. [50]
Ahmad Marimba seperti yang dikutip oleh Khoiron
Rosyadi dalam bukunnya yang berjudul pendidikan
profetik menyatakan Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. [51]
Sedangkan
menurut Zakiah Daradjat,
Pendidikan Agama Islam
adalah: pendidikan dengan
melalui ajaran-ajaran agama
Islam, y aitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar
nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan
ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. [52]
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Agama Islam
adalah suatu proses
bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan
ajaran Islam dan dilakukan
dengan kesadaran untuk
mengembangkan potensi anak
menuju perkembangan yang maksimal,
sehingga terbentuk kepribadian
yang memiliki nilai-nilai Islam. Hal itu sesuai dengan
Firman Allah SWT dalam surat as-Shod ayat 29:
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿrã/£uÏj9 ¾ÏmÏG»t#uä t©.xtFuÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ﴿الص:٢٩﴾
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.[53]
Dari beberapa
pendapat di atas
dapat disimpulkan Bahwa
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam ialah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu
kecakapan dari kegiatan yang berupa bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan
ajaran Islam dan dilakukan
dengan kesadaran untuk
mengembangkan potensi anak
menuju perkembangan yang maksimal,
sehingga terbentuk kepribadian
yang memiliki nilai-nilai Islam di sekolah pada
jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti
laporan yang disebut rapor.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang
mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk
berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya
prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang
perlu diperhatikan. Menurut Muhibbin Syah secara
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.:
a.
Faktor internal (
Faktor dari dalam siswa )
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera yang bersifat
jasmaniyah
a)
Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan
memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi
penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya
memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola
tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk
memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga yang teratur.
b)
Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan
dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar
hal-hal yang dipelajari oleh manusia
dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang
anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya
didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi
belajarnya di sekolah.
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, antara lain adalah :
a)
Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Inteligensi pada umumnya
dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intellegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja.
b)
Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdemensi afektif berupa kecendrungan
untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran
yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar
tersebut dan begitu sebaliknya. [54]
c)
Motivasi
Motivasi
ialah keadaan internal organisme-baik manusia ataupun hewan-yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang
untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
dalam diri seseorang. Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Motivasi
intrinsik yaitu: hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. 2) Motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata
tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru merupakan contoh-cotoh kongkret
motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk
belajar. [55]
b.
Faktor
eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar
diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain
adalah[56] :
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan
mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis
hingga pemilihan sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya,
dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c) Perhatian orang tua dan suasana
hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi
seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau
nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah
juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan
sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya
akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi
dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya,
hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan
memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong
untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c) Kurikulum dan metode mengajar
Apabila
dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayan, dengan sekolah sebagai
institusi sosial dalam melaksanakan operasinya,
maka dapat ditentukan paling tidak tiga peranan penting kurikulum, yakni
peranan konservatif, peranan kritis atau evaluative, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara
seimbang.[57]
sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
Disamping
kurikulum guru juga merupakan faktor penentu kesuksesan belajar
setiap usaha pendidikan, itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaruan
kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kreteria sumber daya manusia
yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru.[58]
3) Faktor lingkungan masyarakat
a) Sosial budaya
Lingkungan
sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara pendidik
dengan peserta didik serta orang-orang lainya yang terlibat dalam interaksi
pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan
corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik
perserta didik maupun para pendidik dan pihak lainnya. [59]
b) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,
mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat
bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Tanggungjawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode
pendidikan masyarakat yang utama. [60]
3. Pengukuran Prestasi Siswa
Dalam dunia pendidikan, menilai
merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan
salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi
belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan
yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar
seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran.
Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata bahwa rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar
murid-muridnya selama masa tertentu.[61]
Dr. Muchtar Buchori seperti yang
telah dikutip oleh Chabib Thoha dalam bukunya Perencanaan System Evaluasi
menyebutkan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada dua, yaitu :
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari
pendidikan selama jangka waktu tertentu[62]. Dengan kata lain penilaian bertujuan untuk membantu guru mengadakan
seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :
1. Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2. Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3.
Memilih siswa
yang seharusnya dapat beasiswa
b.Untuk mengetahui tingkat efesien metode-metode pendidikan yang
dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.[63]
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah
dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU kelas II menentukan
jurusan studi di kelas III.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat
diterapkan. Sebagai contoh adalah rapor di setiap semester di sekolah-sekolah
tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program
pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut. [64]
Raport
biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD
sampai SMU, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai
tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5 berarti tidak baik atau buruk, sedangkan
nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik, baik dan sangat baik.
Dalam penelitian ini
pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan
(fungsi formatif), yaitu nilai-nilai raport pada akhir masa semester I.
C. Peran Metode
Ceramah dan Demonstrasi Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam
Sehubungan dengan peran seorang pendidik dalam
penggunaan metode ceramah dan demontrasi dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa Di SMP I Mafatihul Huda Pecangaan Jepara penulis
mempunyai pemikiran sebagai berikut:
1)
Minat dan kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
2)
Penggunaan metode ceramah dan demontrasi dapat
digunakan secara efektif dan efisien apabila melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a)
Melakukan pendahuluan: menjelaskan tujuan,
mengemukakan pokok-pokok materi, memancing pengalaman peserta didik.
b)
Menyajikan pelajaran secara sistematis:
perhatian kepada peserta didik, kegiatan belajar diciptakan secara variatif,
memberi ulangan pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, dan menggunakan media
pelajaran yang variatif.
c)
Menutup pelajaran pada akhir pelajaran:
mengambil kesimpulan, memberikan kesempatan untuk menanggapi materi pelajaran,
dan melaksanakan penilaian secara komprehensif.
[22]H.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara,
1987), hlm. 97.
[23] W.
J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,1986), hlm. 649
[24]
Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English,1991), hlm. 1126
[25]
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya,
2001), hlm. 107
[26] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2002), hlm.110
[27] Ibid
[29] Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan ( Bandung: Kolbu, 2006),
hlm. 45-48
[30] Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (
Bandung: CV Alfabeta, 2005) hlm. 202
[31] Ibid,
hlm. 202-203
[32] Ibid
[33] E. Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.114
[34]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 201
[35] H.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara,
1987), hlm. 100-101.
[36] Muhibbin Syah,
Op.Cit, hlm. 208
[37]
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:
PT. Gramedia, 1984), hlm. 178.
[38]
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), hlm.296
[39]
Aminuddin Rasyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, (Jakarta: Bumi
aksara), 2002, hlm. 8
[40] J.J
Hasibuan dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Rosdakarya,1993) hlm. 31
[41] Zuhairini, dkk,
Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), , hlm.
94-95
[42] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 209
[43]
Tayar Yusup dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa
Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 53
[44] Winkel, Ws, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar,
(Jakarta : Gramedia, 1997), hlm. 168
[45] Imam Taufiq, Kamus Praktis Bahasa Indonesia,
(Bekasi: Ganeca Exact, 2010), hlm. 852
[46] Abdurrohman,
Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), hlm. 37
[48] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 90
[49] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 104
[50] Abdurrohman An Nahlawi, Pendidikan
Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Geman Insani Pers, 1995), hlm. 34
[51] Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 150
[52] Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), cet ke-2, hlm. 86
[53] Departemen
Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara.
1989) hlm. 736
[54] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006), hlm. 135
[55] Ibid,
hlm. 137-139
[56] Ibid,
hlm. 140
[57] Oemar Hamalik,
Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
2008), hlm. 11
[58] Muhibbin Syah,
Op.Cit, hlm. 222
[59] Nana Syaodih
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm.
5
[60] Abdurohman An
Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, ( Jakarta:
Gema Insani Pers, 1995), hlm. 176
[62] Chabib Thoha, Perencanaan
System Evaluasi, ( Semarang: Thoha Putra, 2007), hlm. 6
[63] Ibid,
hlm. 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar